A. Pendahuluan
Organisasi
dalam mencapai tujuan tidak jarang terjadi perbedaan persepsi diantara individu
atau diantara kelompok individu dalam menerjemahkan visi dan misi organisasi
sehingga menimbulkan konflik. Pandangan lama menganggap konflik dalam
organisasi sebagai suatu hal yang negatif, menjurus pada perpecahan organisasi,
untuk itu harus dihilangkan karena menghambat kinerja optimal. Perselisihan
dianggap sebagai indikasi adanya sesuatu yang salah dengan organisasi dan itu
berarti aturan organisasi tidak dijalankan. Pandangan lama selalu
mengkhawatirkan keberadaan konflik, maka menjadi tugas pimpinan untuk
menghindarkan dan bila perlu menghilangkan sama sekali.
Konflik pada
dasarnya selalu hadir pada setiap organisasi, baik organisasi kecil maupun
organisasi besar, konflik dapat berdampak positif dan negatif terhadap kinerja
organisasi, tergantung pada sifat konflik dan pengelolaannya. Dengan demikian
tidak ada alasan untuk menghilangkan semua bentuk konflik, kecuali yang
menghambat pencapaian tujuan organisasi. Tugas pemimpin adalah mengelola
konflik agar dapat bermanfaat guna mendorong perubahan dan inovasi. Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa organisasi yang dinamis selalu mengalami
perubahan sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan berupaya
mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di masa depan.
Berbagai
situasi dan kondisi mewarnai cara pandang, perilaku, interaksi, dan komunikasi
para anggota dan pimpinan dalam penyelenggaraan satuan pendidikan. Satuan
pendidikan sebagai organisasi didukung oleh komponen sumber daya yang
heterogen, anggotanya memiliki latar belakang, kepentingan, dan bidang tugas
yang bervariasi. Keadaan tersebut dapat menimbulkan perbedaan dalam memandang
suatu masalah yang terjadi. Situasi dan kondisi demikian dapat menimbulkan
konflik. Konflik merupakan gejala yang wajar terjadi, kehadirannya tidak dapat
dihindari dan tidak perlu dihindari, dan konflik merupakan bagian dari
penyelenggaraan satuan pendidikan. Konflik perlu dikelola dengan baik untuk
kepentingan kemajuan organisasi di masa mendatang.
B. Konsep Konflik
Konflik
organisasi adalah perbedaan pendapat ataupun pertentangan antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok-kelompok atau unit-unit kerja di dalam organisasi
yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang
terbatas dalam kegiatan kerja dan karena kenyataan mereka mempunyai perbedaan
seperti kreativitas, tujuan, kepentingan, nilai, dan persepsi. Owens (1987)
berpendapat conflict is pervasive in all human experience. Indeed, it can occur
even within a single individual (so-called intrapersonal conflict), the common
situation in which the person feels torn between the desire to achieve two
goals that are incompatible. Konflik dapat dialami dan menjadi pengalaman oleh
semua manusia. Konflik dapat terjadi dalam setiap individu (konflik
interpersonal) dimana individu merasakan situasi hal yang telah tercapai tidak
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan
konflik merupakan situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok, atau organisasi.
Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang
memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan
sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerja sama.
Berdasarkan
uraian dapat disimpulkan konflik dinyatakan sebagai keadaan dari seseorang atau
kelompok orang dalam sistem sosial yang memiliki perbedaan dalam memandang
suatu hal dan diwujudkan dalam perilaku yang tidak atau kurang sesuai dengan
pihak lain yang terlibat di dalamnya ketika mencapai tujuan tertentu. Unsur
konflik meliputi 1) adanya ketidakcocokan, ketidaksepakatan, atau perbedaan, 2)
terjadi di tingkat perorangan, kelompok, atau organisasi, dan 3) terdapat objek
yang menjadi sasaran.
Robbins
mengklasifikasikan pandangan konflik menjadi tiga yaitu traditional view
(pandangan tradisional), human relations View (pandangan hubungan manusia), dan
interactionist view (pandangan hubungan interaksionis). Pandangan tradisional
menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang
negatif, merugikan, dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini,
konflik disinonimkan dengan istilah violence (kekerasan), destruction
(distruksi), danirrationality (irasional). Konflik dilihat sebagai suatu hasil
disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya kepercayaan dan
keterbukaan di antara orang-orang, dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap
kebutuhan dan aspirasi.
Pandangan
hubungan manusia berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar
terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan
dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja
organisasi. Pandangan hubungan interaksionis cenderung mendorong terjadinya
konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai,
dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak
inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu
dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan, sehingga kelompok
tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.
C. Dinamika Konflik Organisasi
Pandangan
tentang dinamika konflik menurut Owens (1987) meliputi process view
(pandanganproses), structural view (pandanganterstruktur),dan opensytems view
(pandangan sistem terbuka).
Konflik
merupakan peristiwa yang berkelanjutan, suatu tindakan kelompok akan
mengakibatkan hal/peristiwa yang dimulai dengan kondisi frustrasi,
individu/kelompok tertentu merasa kecewa terhadap suatu hal dalam organisasi.
Rasa frustrasi ini akan mendorong individu/kelompok untuk memahami sesungguhnya
apa yang menjadi ganjalannya. Proses memahami dengan mendefinisikan kejadian
yang berhubungan dengan subjek kekecewaan.
Berdasarkan
hasil pemahaman tersebut makan individu/kelompok akan menentukan sikap dan
perilaku yang akan dilakukan. Perilaku tersebut nantinya akan mempengaruhi
apakah individu/kelompok akan melakukan kompetisi atau partisipasi. Sehingga
akan menghasilkan suatu emosi yang tidak hanya setuju atau tidak terhadap
subjek konflik. Emosi ini lebih bersifat trust (kepercayaan) yang merupakan
efek dan potensi dalam jangka panjang akan mempengaruhi proses konflik yang
berikutnya.
1. Pandangan terstruktur (bertingkat)
Stoner dan
Wankel dalam Juanita (2009) mengemukakan lima tingkatan konflik yaitu a)
konflik intrapersonal, b) konflik interpersonal, c) konflik antar individu dan
kelompok, d) konflik antar kelompok, dan e) konflik antar organisasi.
a) Konflik intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu
biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
1) Sejumlah
kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing,
2) Beraneka
macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan
itu terlahirkan,
3) Banyaknya
bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi diantara dorongan dan tujuan,
4)
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi
tujuan-tujuan yang diinginkan.
b) Konflik interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini biasanya sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, dan bidang kerja. Konflik interpersonal
ini merupakan dinamika yang penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan.
c) Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini
sering kali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh
kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas
kelompok dimana ia berada.
d) Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini
merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi.
Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja manajemen merupakan dua macam
bidang konflik antar kelompok.
e) Konflik antar organisasi
Contohnya
seperti di bidang pendidikan dimana sekolah A yang bertaraf internasional
dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan
persaingan (kompetisi). Konflik ini dapat menyebabkan timbulnya pengembangan
produk, teknologi, dan pelayanan baru, media pembelajaran yang berbasis
e-learning, dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efektif dan efisien.
2. Pandangan sistem terbuka
Konflik
berkaitan dengan sistem organisasi yang bersifat terbuka. Organisasi merupakan
satu sistem yang terintegrasi dari berbagai struktur dan fungsi yang saling
tergantung. Organisasi beranggotakan pribadi dan membentuk kelompok yang
bekerja sama secara efektif, efisien, harmonis, saling berkerja sama.
Berdasarkan paradigma tersebut maka konflik dipengaruhi dengan adanya sistem
organisasi.
Suatu
konflik pada bagian tertentu akan menjadi konflik pada bagian lain, karena satu
bagian mengalami konflik maka berakibat pada proses penyelenggaraan organisasi.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kasali (2007:27) yang menyatakan sistem
terbuka dalam konflik dapat membuat orang akan berpikir terbuka sehingga
anggota organisasi akan memiliki potensi untuk berubah ke arah yang lebih baik
dengan jujur dan santun.
3. Diagnosa konflik
Diagnosa
konflik merupakan upaya untuk menentukan kualitas suatu konflik.Soetopo dan
Supriyanto (2003) menyatakan kualitas suatu konflik dapat ditinjau dari dua
segi yaitu intensitas dan keluasannya. Keduanya terkait satu sama lain, atas
dasar ini kualitas konflik dapat diklasifikasikan menjadi a) konflik
ringan/kecil (jika intensitas rendah dan keluasan kecil), konflik sedang (jika
intensitas dan keluasannya sedang), dan c) konflik besar/berat (jika intensitas
tinggi dan keluasannya besar).
E.
Pengendalian Konflik Organisasi
Kemampuan
mengendalikan konflik diperlukan oleh semua pimpinan organisasi termasuk kepala
sekolah. Pengendalian konflik menurut Wahyudi (2005) adalah pendekatan dan
strategi yang dirancang oleh pimpinan organisasi dalam mengoptimalkan konflik
melalui proses identifikasi masalah, klasifikasi masalah, analisis masalah,
penentuan metode penyelesaian masalah, dan penyelesaian masalah.
Soetopo dan
Supriyanto (2003:176-177) mengemukakan langkah-langkah dalam mengendalikan
konflik, yaitu:
1. Perencanaan analisis konflik
Langkah ini
dimaksudkan untuk mendefinisikan atau menentukan konflik apa yang timbul dalam
penyelenggaraan organisasi. Pimpinan dapat melakukan setiap saat ketika ada
indikasi konflik dan memperhatikan konflik yang nyata dan tersembunyi. Konflik
yang nyata akan mudah dikenali dan dianalisis, tetapi konflik tersembunyi tidak
demikian adanya.
2. Evaluasi konflik
Evaluasi
konflik adalah suatu upaya menentukan kualitas suatu konflik yang telah
dirumuskan. Pimpinan menentukan kualitas konflik berdasarkan intensitas dan
keluasannya. Kualitas konflik dapat diklasifikasikan menjadi a) konflik
ringan/kecil (jika intensitas rendah dan keluasan kecil), konflik sedang (jika
intensitas dan keluasannya sedang), dan c) konflik besar/berat (jika intensitas
tinggi dan keluasannya besar).
3. Pemilihan strategi konflik
Apabila
konflik yang ada sudah jelas maka akan memudahkan pimpinan dalam memilih
strategi penyelesaian konflik secara tepat. Faktor yang harus diperhatikan
pimpinan organisasi dalam memilih strategi penyelesaian konflik menurut Soetopo
dan Supriyanto (2003:176-177) adalah a) memahami prinsip pelaksanaan manajemen
konflik, b) berdasarkan prinsip tersebut pimpinan memilih strategi penyelesaian
konflik, c) melaksanakan strategi penyelesaian konflik yang dipilih, d)
mengevaluasi pelaksanaan strategi penyelesaian konflik tersebut untuk
mengetahui tingkat keberhasilannya, dan e) strategi yang telah dipilih dapat
dipertahankan bila menunjukkan hasil yang baik, tetapi bila hasilnya tidak atau
kurang baik maka perlu dipilihkan strategi lain secara berkelanjutan.
F.Studi Kasus
Saya akan
membahas tentang konflik yang terjadi di dalam organisasi, yaitu organisasi
persepakbolaan indonesia dengan kata lain PSSI ( Persatuan Sepakbola Seluruh
Indonesia ).
Hal utama
yang menyebabkan organisasi ini gagal adalah pemimpin organisasi PSSI yaitu
Nurdin Khalid yang gagal dalam memimpin dan mengelola organisasi ini. banyak
kasus yang menimpa ketua umum organisasi ini, yang utama adalah kasus korupsi
yang Ia lakukan terhadap dana-dana yang harusnya di alokasikan untuk kemajuan
sepakbola di negeri kita ini , tetapi malah dimasukan dalam rekening gembung
miliknya, dan itu sebagai bukti dia pernah dinyatakan sebagai terpidana atas
kasus korupsi dalam PSSI . Dan akibat dari kegagalan itu FIFA melayangkan surat
penurunan kepana Nurdin Khalid untuk meninggalkan kursi singgasananya sebagai
ketua PSSI , akan tetapi Nurdin Khalid
malah menutupi surat yang dilayangkan FIFA itu dari publik .Namun pada akhirnya
setelah Nurdin Khalid meniggalkan kekuasaannya , kisruh dalam PSSI tidak
selesai sampai disitu saja .Perlu sekurang lebihnya 5 sampai 7 kali pemilihan
ulang ketua umum PSSI. Namun pada akhirnya Johar Arifin pun menempati posisi
yang telah ditinggalkan oleh Nurdin Khalid organisasi PSSI.
G.Kesimpulan
Konflik
tidak dapat dihindari, tetapi konflik dapat diatasi dengan berbagai cara. Tidak
semua konflik merugikan organisasi itu sendiri, dengan adanya konflik dan
pemecahan masalahnya dapat membuat organisasi itu menjadi lebih kuat dan
menemui titik baru dalam permasalahan yang ini dan kedepannya.
H. Penutup
Konflik
terjadi apabila muncul interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih.
Konflik merupakan bagian tak terhindarkan dalam kehidupan organisasi modern,
oleh sebab itu manajemen organisasi harus siap hidup bersama konflik, berlatih
mengatasi konflik dan memanfaatkan konflik untuk mengakselerasi pencapaian
tujuan organisasi. Konflik adalah satu kejadian yang akan selalu mewarnai
interaksi sosial dan menyertai kehidupan organisasi.
Konflik
merupakan gejala yang wajar terjadi, kehadirannya tidak dapat dihindari dan
tidak perlu dihindari, dan konflik merupakan bagian dari penyelenggaraan satuan
pendidikan. Konflik perlu dikelola dengan baik untuk kepentingan kemajuan
organisasi di masa mendatang.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/17/jenis-dan-sumber-konflik/
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/strategi-penyelesaian-konflik.html
http://masimamgun.blogspot.com/2009/05/konflik-dalam-organisasi.html
http://www.rayi.web.id/2008/07/konflik-dalam-organisasi.html